Pesan buku di sini |
Di meja makan tersedia garpu dan sendok. Rumah kita dialiri listrik untuk penerangan. Membangun rumah butuh semen, seng dan paku. Kita juga butuh handphone untuk berkomunikasi, dan laptop untuk bekerja. Kita butuh sepeda motor, mobil, kereta, atau pesawat terbang untuk berpergian, tapi dari manakah semua itu berasal? Hampir semua tools yang memudahkan hidup manusia ini bahan bakunya dari hasil tambang!
Tambang adalah aktivitas paling purba yang dilakukan manusia hingga sekarang. Industri pertambangan pula yang membantu 7,8 miliar penduduk bumi mengembangkan peradabannya di planet ini.
Di Indonesia hubungan warga dengan industri pertambangan tak ubahnya rindu campur benci. Padahal tanpa tambang, niscaya Anda tak akan menikmati semua fasilitas yang disebutkan tadi. Mungkin Anda masih naik kuda pergi ke kantor, masih tinggal dalam gua tanpa listrik, naik kole-kole (perahu lesung) dari Papua ke Jakarta.
Cerita dunia pertambangan yang muncul ke publik pun didominasi kisah-kisah suram yang negatif. Praktik-praktik pertambangan di masa lalu dan diberitakan oleh media, berkontribusi besar dalam pembentukan citra dunia pertambangan sampai hari ini. Salah satunya stigma bahwa tambang adalah biang kerusakan lingkungan hidup dan pelanggar hak-hak masyarakat lokal, masih melekat. Padahal sekarang dunia pertambangan dan insannya telah berubah dengan menerapkan apa yang disebut Good Mining Practice.
Lebih minim lagi adalah cerita yang mengungkapkan manusia yang bekerja di sektor ini. Padahal mereka memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa. Dari data yang dirilis oleh www.ekonomi.bisnis.com 05 Agustus 2020 lalu kita ketahui bahwa setidaknya sektor pertambangan dan penggalian menyumbang 7,37 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia di tahun 2019 dan sektor inilah yang membuat Anda dan saya merasa nyaman hidup di era revolusi industri 4.0.
Dunia pertambangan memang tak ubahnya ‘puncak gunung es’. Bagian atasnya yang tersembul sedikit ke permukaan (puncak), itu yang kita nikmati sekarang. Sementara dunia bagian bawahnya tak kita kenal. Karena itu hampir tak ada yang tahu kisah para anak negeri yang berjuang di sektor pertambangan, dalam rangka turut membangun bangsanya dengan bersimbah keringat dan air mata.
Di tempat inilah peristiwa-peristiwa kemanusian jarang dipotret, dan diperbincangkan. Kalau pun ada, biasanya langsung tertimbun oleh cerita-cerita mengenai pertumbuhan ekonomi, atau terkubur oleh angka-angka statistik rugi laba dan investasi.
Cerita-cerita tersebut tetap terpendam, dan ketika sesuatu yang buruk (negatif) terjadi barulah mata publik mengarah kepada mereka, tanpa melihat lagi bagaimana orang tambang sudah berjuang, memberikan ‘hidupnya’ untuk nusa dan bangsa, untuk profesi dan juga perusahan.
Buku 100 Anak Tambang Indonesia (100 ATI) ini hadir ke tangan Anda dan seluruh pembaca yang budiman, berisi kisah-kisah kemanusiaan di dunia pertambangan, langsung dari dan oleh para pelaku sejarah pertambangan di Indonesia, khususnya sub sektor tambang mineral dan batubara yang terbentang dari Aceh hingga Papua. Buku 100 ATI adalah kumpulan kisah inspiratif dari putra-putri terbaik Indonesia yang bekerja di 67 lebih perusahaan besar maupun kecil pada pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP) ataupun perusahaan kontraktor jasa pertambangan, yang kami pilih secara acak.
Mereka adalah orang-orang yang berjuang dari titik nol hingga ke puncak karir, dari seorang anak nakal hingga berhasil menjadi profesional, dari hanya seorang operator bisa menjadi direktur. Mereka yang mengira dirinya perkasa tapi tumbang juga dihantam malaria. Bahkan cerita penuh emosi, yaitu menantang bule berkelahi karena tak terima nama Indonesia dihina dan dilecehkan.
Cerita dalam buku 100 ATI ini bagaikan kepingan-kepingan hidup, yang tersusun dari meta drama kehidupan, tersembunyi di balik gua garba dunia pertambangan yang masih tertutup rapat. Kini mereka muncul menjadi 100 potong mozaik yang menarik untuk dibaca dan diceritakan ulang.
Maka dari itu kami buku 100 ATI ini tidak seperti buku biografi pada umumnya, tetapi sengaja disajikan dalam kemasan narasi yang kaya emosi, dialog, dan adegan. Tak lupa dikombinasikan dengan plot yang menggoda pembaca untuk ikut berpetualang, menguak berbagai misteri, kisah cinta, yang kocak sekaligus heroik di dunia pertambangan.
Setiap naskah adalah unik, kadang-kadang membuat kita geram, ingin marah atau tertawa terbahak-bahak. Sehingga buku ini tak ubahnya seorang teman lama datang bercerita, yang mengingatkan Anda pada suasana liang tambang tradisional yang gelap dan berbahaya di remote area hingga tambang modern berteknologi canggih, yang wangi dan selalu gemerlap.
Tak melulu dunia para pria saja yang diceritakan, tetapi juga tentang para perempuan pemberani yang mengambil resiko menceburkan diri ke ‘gelanggang’ para lelaki, bahkan mematahkan mitos, menjadi srikandi yang mumpuni di dunia pertambangan. Dalam buku 100 ATI ini juga tersembunyi rahasia ‘peta harta karun dan mantra’ 100 jawara yang berhasil mencapai karir tertinggi di industri pertambangan, bahkan ke level sukses yang sebelumnya tak pernah terpikirkan.
Buku ini menjadi istimewa karena ditulis oleh 100 orang ‘anak tambang’ yang meski berbeda-beda pangkat dan jabatan, berbeda perusahaan dan latar belakang pendidikan, bahkan berbeda suku dan agama, namun memberikan teladan nyata lewat sikap gotong-royong dalam melahirkan buku ini dengan semangat kesatuan dan persatuan di tengah upaya bangsa Indonesia menghadapi Pandemi Covid-19.
Kehadirannya juga bertepatan dengan perayaan 17 Agustus 2021, dalam rangka peringatan HUT ke-76 RI yang mengingatkan kita semua kepada semangat perjuangan yang berhasil membebaskan bangsa Indonesia dari cengkraman penjajah. Kelahiran buku 100 ATI juga membawa spirit yang sama yaitu membebaskan diri dari krisis akibat dijajah Covid-19.
Tim editor hanya membantu mengumpulkan, menyusun, merangkai, merenda, menyajikan data dan fakta agar menjadi cerita yang enak dibaca dan perlu. Di dalamnya kita menemukan beragam tema, bermacam karakter maupun rasa, yang merupakan ciri khas sekaligus kekuatan dari setiap naskah di buku 100 ATI.
Kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak, teristimewa kepada 100 anak tambang Indonesia yang sudi berkolaborasi, memberikan dukungan demi terwujudnya buku yang hebat ini. Buku ini bukanlah hanya sekadar teks-teks cerita belaka, tetapi mengusung semangat kebangkitan dan nasionalisme yang menyala di tengah-tengah krisis multidimensi.
Jika dari penjajahan selama tiga setengah abad saja kita berhasil bebas, maka kita juga pasti bisa merdeka dari pasungan pandemi Covid-19 yang baru beberapa tahun terakhir ini. Merdeka!
Salam
Tim Editor
Juli 2021